Kenapa saya sebut tipuan? Karena pada awalnya saya mengira ini adalah salah satu obyek wisata alam seperti Kaliurang, dimana kita bisa melihat pemandangan alam dengan mengajak seluruh anggota keluarga mulai dari kakek nenek, bapak ibu, kakak adik, paman bibi, pakdhe budhe, om tante, mbah buyut, cicit dan seterusnya. Tapi setelah saya berkunjung ke tempat ini, dan kemudian melakukan pendakian singkat, saya langsung berubah pikiran. Kok bisa begitu?
Sunday, December 30, 2012
Tuesday, December 25, 2012
Gowes Puncak, Telaga Warna dan Rindu Alam
Saat saya pindah domisili ke Cibinong, alih - alih kirim motor dari Jogja, saya pilih beli sepeda di Bogor. Lokasi kantor yang dekat dengan rumah kontrakan menjadi pertimbangan saya saat itu. Dan kemudian muncul tawaran untuk ikut gowes di Puncak, ajakan dari teman pendakian gunung Gede sebelumnya. Pikir - pikir sebentar, dan saya iyakan ajakan tersebut.
Sunday, December 23, 2012
Seri Pantai Lombok
pulau Sumba di seberang pesisir timur pulau Lombok |
Selepas pendakian yang melelahkan dari gunung Rinjani, saya masih punya waktu dua hari lagi di Lombok. Sebenernya ini karena saya turun gunung lebih awal dari jadwal semula. Sebabnya saya nggak mampir ke danau Segara Anak yang melegenda itu, hanya memandang dari kejauhan di Plawangan Sembalun (seperti yang sudah saya ceritakan di post sebelumnya). Karena masih punya waktu sisa, maka saya putuskan untuk mengitari pantai - pantai di Lombok.
Wednesday, November 21, 2012
Ranu Kumbolo, gara-gara gagal muncak Mahameru
Ranu Kumbolo |
Sunday, October 7, 2012
Rinjani - Mimpi yang Tertunda
Gunung Rinjani |
Mendaki gunung Rinjani mungkin menjadi impian bagi semua pendaki gunung Indonesia. Pesona gunung Rinjani yang sungguh indah yang saya baca di berbagai laman internet membuat saya memutuskan untuk pergi kesana, tanpa persiapan matang, hanya berbekal niat saja. Pekerjaan kantor yang menumpuk juga tak membuat niat saya surut. Pokoknya harus ke Rinjani, entah virus apa yang menyerang pikiran saya. Cari - cari teman untuk mendaki, sulit juga. Yasudah seadanya saja, dan asal aja nanti kalo naik kenalan dengan pendaki lain. Akhirnya tiket pesawat dipesan. 1 hari menjelang keberangkatan, saya masih di Manado untuk suatu kerjaan kantor. Benar - benar nekat. Karena saya sedang tugas di daerah, latihan fisik pun tidak pernah (haha.. alesan lagi tugas untuk menjustifikasi kesalahan saya sendiri yang tidak berlatih fisik dahulu). Tiket sudah, ijin dari kantor sudah, rencana perjalanan sudah, dan ciaaooooo... Pesawat ke Lombok langsung tancap pak Pilot!!
Sampai Lombok jam 18.00. Langsung dijemput oleh mobil carteran ke Sembalun, pos pendakian Rinjani. Gilee.. ini bukan perjalanan murah. Nggak kayak kisah pendakian lain yang heroik, ngeteng dari Jakarta sampai Lombok. Kita cari yang enak ajalah, tapi kantong jadi bolong.. Sampai Rinjani jam 22.00. Kita daftar ke mas - mas yang jaga sekaligus pesan porter untuk besok pagi (benar - benar bukan perjalanan heroik hahaha...). karena sudah malam kita langsung tidur aja di teras depan kantor pendakian, gelar matras dan groookkk....
Saturday, October 6, 2012
Anak Krakatau - Perjalanan Dag Dig Dug...
Panorama dari Anak Krakatau, yang sebelah kanan adalah pulau Rakata yang dulu meletus tinggal setengahnya aja sekarang |
Sudah sejak lama seorang kawan mengajak untuk plesir ke Anak Krakatau. Keliatannya cukup seru, walaupun Anak Krakatau bukan tipikal gunung tinggi yang menantang namun nama besar gunung Krakatau membuat rencana perjalanan kesana menjadi lebih menggoda, selain itu juga karena aktivitas vulkaniknya yang selalu rutin setiap tahun batuk - batuk terus. Akhirnya saya dan kawan - kawan memutuskan untuk ikut dalam trip ke Anak Krakatau yang diselenggarakan oleh Javas Tour, pesertanya kebanyakan dari Backpacker Indonesia berjumlah 80an orang, gilee.. Kayak mau tawuran aja.
Awalnya kita ragu untuk melakukan perjalanan kesana yang direncakan tanggal 15 September 2012, karena sekitar 2 minggu sebelumnya Anak Krakatau meletus dan beritanya cukup mengerikan di berbagai media massa. Kita jadi takut untuk kesana. Kalo - kalo malah meletus lagi. Namun karena ada jaminan dari pihak penyelenggara, dan juga jumlah pesertanya yang sampai 80an orang, kita jadi merasa aman... Pikiran kita simpel aja, kalo emang belum aman, pasti nggak bakal ada yang ikut sampai sebanyak ini haha..
Saturday, June 30, 2012
Mengunjungi Kembali Puncak Gede
Panorama dari puncak Gunung Gede, terlihat gunung Pangrango dan gunung Salak |
Pendakian kedua ke Gunung Gede pada Mei 2012
Jalur yang diambil tetap sama: Gunung Putri >>> Alun - Alun Surya Kencana >>> Buka Tenda >>> Puncak Gede >>> Kandang Badak >>> Cibodas
Kali ini dengan membawa kamera baru, Canon S95. Mantablah hasilnya hehe..
Karena di edisi sebelumnya sudah ada detil perjalanannya, kali ini hanya foto - foto saja yang disajikan
Monday, April 2, 2012
Mendaki Papandayan - Perjalanan Singkat Berbau Kentut
Panorama Edelweiss |
Ya, berbau kentut. Karena kawah gunung Papandayan memang mengeluarkan asap belerang yang sangat pekat, berbau busuk seperti kentut campur telur asin. Bahkan terasa perih dimata karena ukuran partikel yang bisa sebesar butir – butir pasir halus. Namun hal itu jelas tidak menyurutkan niat kami untuk mendaki gunung Papandayan, menikmati keindahan padang Edelweiss-nya dari dekat. Dan menyesap kesegaran udara pagi pegunungan sembari membersihkan paru – paru yang sudah kotor oleh udara kota.
Awal tahun nampaknya bukanlah waktu yang tepat untuk mendaki gunung. Banyak gunung yang sedang ditutup karena alasan konservasi. Beberapa diantaranya malah karena sedang dalam status yang membahayakan. Saya yang diminta oleh seorang teman untuk mencari gunung yang bisa didaki dan lumayan enteng buat para amatiran, akhirnya kebingungan. Sasaran utama: gunung Gede-Pangrango, tutup. Kemudian pindah ke gunung Papandayan, namun setelah kontak ke BKSDA Jabar, katanya masihditutup karena status Waspada. Gunung Salak? Ampun dech… Gunung Ciremai? Ampunnn…. Gunung Gunung di Jawa Tengah? Jauh.. Buat akhir pekan rasanya terlalu mepet. Semeru? Wah, sama sekali ga kepikiran. Akhirnya rencana ini sempat tertunda sampai saya membaca catper di Kaskus yang naik Papandayan di awal bulan Maret. Tanya – tanya, ternyata Papandayan tidak ditutup. Okelah sip!! Ini gunung yang cocok.
Monday, February 27, 2012
Bali seri ke-2
Semburat merah langit di kala senja |
Edisi kali ini mungkin bukan sepenuhnya petualangan karena spot menarik yang akan dikunjungi adalah tempat wisata umum yang tidak terlalu perlu perjuangan untuk mencapainya. Namun, pemandangan yang didapat tetap saja sangat menarik. Mana lagi kalo bukan di Bali, surganya Indonesia.
Ini adalah kunjungan saya yang ke-2 di Bali. Makanya saya beri judul Bali seri ke-2 (walaupunsebenarnya seri pertamanya mungkin tidak akan pernah saya buat tulisannya, haha..). Saya menghabiskan waktu 3 hari 3 malam di Bali, mulai dari Jumat malam tanggal 17 Februari 2012 sampai Senin sore tanggal 20 Februari 2012. Saya sudah menyusun rencana untuk bisa memaksimalkan semaksimal mungkin waktu yang ada. Namun, kondisi cuaca di Bali yang sering hujan jadi penghambat utama, terutama waktu pengin dapat foto matahari terbit.
Saturday, February 11, 2012
Bromo, pemandangan dahsyat mengguncang iman !!
Bromo. Gunung di Jawa Timur, yang seumur – umur belum pernah saya kunjungi. Padahal orang – orang bilang pemandangan di Bromo sangatlah bagus. Namun tidak tahu kenapa, saya tidak tertarik untuk kesana. Kalau lihat foto – fotonya memang bagus. Tapi ya dasar memang tidak ada chemistry untuk kesana, ya sudah saya tidak ada keingininan sedikitpun untuk kesana. Sampai saya kesana sendiri, akhir tahun 2011 kemarin. Dan setelah saya melihat sendiri pemandangan di Bromo, rasanya ingin balik lagi kesana. Bawa kamera dan macem – macemnya untuk merekam keindahannya yang begitu memikat.
Saya mendapat tugas dari bos untuk melakukan pekerjaan uji akurasi peta. Tadinya saya ditugaskan ke Papua. Waktu ditanya mau tidak, langsung saya jawab mau. Haha.. Padahal malas juga ke Papua. Akhirnya jadwal disusun. Tim ke Papua ada 5 orang, gabungan dengan dosen dari ITB juga. Namun saat – saat terakhir, saya dipindah. Tidak ke Papua namun ke Malang. Karena satu orang yang tadinya di Malang tidak jadi berangkat. Yasudah saya pindah ke Malang. Tim Malang lebih banyak. Ada 10 orang. Gabungan dengan ITB juga. Setelah di kantor briefing ini itu, koordinasi dengan unit kerja lain, tim kami siap berangkat untuk survei.
Thursday, February 2, 2012
Perjuangan Pendaki Amatir Menuju Puncak Gunung Gede
Bekerja di sebuah instansi pemerintah
yang bergerak di bidang survei pemetaan ternyata belum memenuhi hasrat
menjelajah alam bebas saya. Karena saat turun ke lapangan, yang dicari bukan
pemandangan memukau dari tempat – tempat eksotis di bumi Indonesia. Yang dicari
tentu saja: data spasial dari permukaan bumi. Saat suntuk di kantor, kakak
perempuan saya memberi kabar bahwa dia dan teman – teman kantornya akan
mengadakan pendakian masal ke Gunung Gede, 30 April – 1 Mei 2011. Tawaran yang
menarik. Dia dan teman – temannya yang bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) memiliki suatu wadah bagi hobi petualangan mereka, dinamakan Korsapala
(Korps Pemeriksa Pecinta Alam). Haha.. instansi saya yang selalu bekerja di
lapangan malah tidak punya yang beginian, sepertinya sih sudah pada bosan ke
lapangan, memilih main ke mall.
Tawaran tersebut langsung saya
terima. Karena ini pendakian pertama saya, saya perlu mempersiapkan segalanya.
Peralatan dan fisik. Saya rajin naik sepeda ke kantor. Kemudian saya juga
sesekali olahraga ringan skipping selama 30 menit dirumah. Peralatan pribadi
yang diperlukan seperti tas carrier, sleeping bag, jaket tebal, matras saya
siapkan. Tas dan sleeping bag saya sewa dari sebuah tempat persewaan alat
outdoor. Hasilnya ternyata sangat mengecewakan. Tas yang katanya 60 Liter,
ternyata hanya tas ransel butut, yang saya yakin sangat tidak nyaman dipakai.
Tidak ada penyangga punggung. Yang paling parah sleeping bag-nya, waktu saya iseng
mencobanya dulu di rumah, badan saya gatal – gatal semua. Jadi saya jemur dulu.
Ah, ya sudahlah yang penting ada barangnya. Jaket saya beli di Cartenz.
Waterproof dan ada dua set, dalam dan luar. Harganya cukup mahal, 499 ribu.
Tapi bagus sih jadi saya beli juga.
Sunday, January 22, 2012
Canon S95 - The Dream Comes True !!
Canon PowerShot S95 |
Berawal dari pembicaraan dengan seorang teman mengenai kamera idaman. Saya sudah menetapkan kamera idaman dan yang paling ideal serta rasional buat saya adalah sebuah kamera poket yang memiliki mode MANUAL agar saya bisa mengatur shutter speed dan aperture yang diinginkan. Pertimbangan ini muncul karena saya pasti pelit kalau mengeluarkan seonggok duit seharga kamera DSLR (bahkan yang entry level seperti Nikon D3100). Selain itu, saya mencari kamera yang ringkas dan ringan, bisa masuk ke kantong celana atau jaket. Bukan kamera DSLR yang berat dan besar itu, walaupun kalau dipakai langsung membuat pemakainya jadi super keren. Kamera poket yang memiliki mode Manual ternyata ada beberapa, namun yang jadi impian sejak awal adalah Canon S95. Sempat tertarik dengan Canon SX130 yang murah harganya, namun ternyata dari beberapa reviwe rating-nya tidak terlalu bagus, kalah jauh dengan Canon S95. Beberapa pilihan kamera poket sejenis seperti Canon G12, Olympus XZ-1, Panasonic Lumix LX-5, saya gugurkan dari pilihan karena harganya yang mendekati kamera DSLR entry level (mending beli DSLR sekalian) dan volumenya yang sebenarnya tidak cocok dibilang kamera poket serta spesifikasinya yang hampir imbang sengan Canon S95, bahkan situs kenrockwell.com juga merekomendasikan kamera ini.
Saturday, January 21, 2012
Menggapai puncak Gunung Pangrango 3019 mdpl (Part 2)
Pukul 14.00 kami meninggalkan pos Kandang Badak. Rombongan kaskuser masih asyik bercengkerama sambil menanti kaskuser yang datang belakanagn. Pikir saya, saya berangkat duluan nanti juga pasti disusul. Awalnya jalur dari Kandang Badak ke puncak cukup landai. Saya kebut saja tanpa ingat dengkul yang sudah beberapa kali kram. Lama kelamaan, halangan mulai banyak. Pohon besar tumbang dimana – mana, memotong jalur pendakian. Membuat jalur ini menjadi seperti lomba ketangkasan halang rintang dimasa lalu. Kadang harus melompati pohon tumbang, kadang harus merayap dibawahnya. Dan sungguh, jauh lebih enak untuk melompatinya, karena pada saat merayap tas ransel yang lumayan besar itu sering menyenggol pohon atau dahan dan menghambat laju pendakian. Saya terbayang bagaimana caranya pendaki yang membawa ransel sebesar lemari untuk merayap di celah sempit di bawah pohon tumbang.
Setelah pohon tumbang mulai berkurang, gantian jalur pendakian yang mulai menanjak tajam. Apalagi dengkul saya akhirnya menyerah. Rasa sakit luar biasa kalau dengkul ditekuk. Saya bingung bagaimana caranya mendaki gunung dengan kondisi dengkul seperti ini. Namun mau tidak mau saya harus jalan juga. Akhirnya setiap tanjakan, saya hanya menggunakan dengkul kanan sebagai tumpuan. Dengkul kiri saya non-aktifkan total. Grounded!! Dengan cara jalan yang seperti ini, jelas membuat waktu tempuh semakin lama. Saya lihat di GPS, puncak masih jauh.
Setelah pohon tumbang mulai berkurang, gantian jalur pendakian yang mulai menanjak tajam. Apalagi dengkul saya akhirnya menyerah. Rasa sakit luar biasa kalau dengkul ditekuk. Saya bingung bagaimana caranya mendaki gunung dengan kondisi dengkul seperti ini. Namun mau tidak mau saya harus jalan juga. Akhirnya setiap tanjakan, saya hanya menggunakan dengkul kanan sebagai tumpuan. Dengkul kiri saya non-aktifkan total. Grounded!! Dengan cara jalan yang seperti ini, jelas membuat waktu tempuh semakin lama. Saya lihat di GPS, puncak masih jauh.
Menggapai puncak Gunung Pangrango 3019 mdpl (Part 1)
Setelah mencapai puncak Gunung Gede pada bulan April 2011 kemarin, ingin rasanya menikmati kembali sejuknya hawa pegunungan. Rasa capek luar biasa yang dirasakan ketika pendakian kemarin sudah lupa dan harus dilupakan (kalau tidak dilupakan, nggak bakal ada keinginan naik gunung lagi, hehe..). Memang benar kata seorang kawan, “mendaki gunung itu candu”. Dan rasanya saya sudah mulai menjadi seorang pecandu.
Setiap hari saya sempatkan membuka forum Outdoor Activity and Nature Club (OANC) di Kaskus. Entah hanya sekedar iseng baca catatan perjalanan (ini yang namanya racun) ke berbagai gunung di Indonesia, atau baca lapak jualan peralatan tempur. Kadang ada yang nyangkut di hati juga, dan akhirnya deal, transfer duit, barang dikirim, barang nyampe rumah, dan senang rasanya walaupun terus jadi males ngintip saldo tabungan. Beberapa barang saya beli dari Kaskus, ada sepatu Hitec Altitude Ultra Luxe WPi (yang High Cut dan Low Cut, yang high cut saya beli duluan buat kerjaan survei pemetaan ke Papua, yang low cut buat sehari – hari aja biar gaya, hehe. Sebenernya saya merasa bodoh juga karena punya dua pasang sepatu yang sama persis, serinya sama, cuma beda potongan atasnya saja), ada lagi tenda Consina SummerTime yang tadinya ngincer seri ultralight tapi uda keburu abis akhirnya beli yang biasa, trus ada juga sleeping bag Makalu 700 yang super ringan dan super kecil dan harga juga super ekonomis, ini baru ultraligth dan ultrasavemymoney.
Setiap hari saya sempatkan membuka forum Outdoor Activity and Nature Club (OANC) di Kaskus. Entah hanya sekedar iseng baca catatan perjalanan (ini yang namanya racun) ke berbagai gunung di Indonesia, atau baca lapak jualan peralatan tempur. Kadang ada yang nyangkut di hati juga, dan akhirnya deal, transfer duit, barang dikirim, barang nyampe rumah, dan senang rasanya walaupun terus jadi males ngintip saldo tabungan. Beberapa barang saya beli dari Kaskus, ada sepatu Hitec Altitude Ultra Luxe WPi (yang High Cut dan Low Cut, yang high cut saya beli duluan buat kerjaan survei pemetaan ke Papua, yang low cut buat sehari – hari aja biar gaya, hehe. Sebenernya saya merasa bodoh juga karena punya dua pasang sepatu yang sama persis, serinya sama, cuma beda potongan atasnya saja), ada lagi tenda Consina SummerTime yang tadinya ngincer seri ultralight tapi uda keburu abis akhirnya beli yang biasa, trus ada juga sleeping bag Makalu 700 yang super ringan dan super kecil dan harga juga super ekonomis, ini baru ultraligth dan ultrasavemymoney.
Thursday, January 19, 2012
Panorama Indonesia
Blog ini saya dedikasikan untuk berbagi pengalaman hidup saya di Indonesia (haha kayak pernah hidup di luar aja). Saya sangat tertarik dengan berbagai tempat menarik di Indonesia. Bahkan membuat saya nyaris tidak punya keinginan untuk ke luar negeri sebelum saya puas menyelusuri setiap jengkal wilayah bumi pertiwi.
Pemilihan alamat situs blog ini sangat membingungkan, banyak nama yang tidak bisa digunakan karena sudah dipakai, namun saat saya cek ke situsnya, ternyata cuma blog yang sudah almarhum. Putar otak sana - sini, cari inspirasi, akhirnya dapatlah nama ini.
pan-indonesia.blogspot.com
Bisa dibilang singkatan dari Panorama Indonesia. Karena memang niat saya untuk menceritakan berbagai tempat dengan pemandangan memukau di bumi Indonesia ini, walaupun tidak menutup saya untuk berbagi cerita yang lain. Selain itu, nama Pan-Indonesia ini juga saya adaptasi dari istilah di bidang pemetaan yaitu Pan-Sharpened.
Pan-Sharpened adalah singkatan dari Panchromatic Sharpened, yaitu mempertajam resolusi citra satelit yang berwarna (RGB / Multispectral) dengan sebuah citra satelit hitam putih (Panchromatic). Citra satelit Panchromatic selalu lebih tajam resolusinya dibanding citra satelit Multispectral, namun kelemahannya ya itu tadi, cuma hitam putih. Sulit untuk melakukan interpretasi citra, seperti apakah tutupan lahan suatu area berupa perkebunan atau pertanian. Dengan adanya metode Pan-Sharpened, bisa diperoleh sebuah citra (yang merupakan fusi dari dua buah citra satelit) yang memiliki resolusi tajam ala citra Panchromatic namun dengan warna yang jelas ala citra Multispectral.
Semoga blog ini memiliki semangat yang sama, merekam indahnya panorama Indonesia yang tiada tanding, dalam sebuah citra dengan resolusi tajam dan warna memukau.
Pemilihan alamat situs blog ini sangat membingungkan, banyak nama yang tidak bisa digunakan karena sudah dipakai, namun saat saya cek ke situsnya, ternyata cuma blog yang sudah almarhum. Putar otak sana - sini, cari inspirasi, akhirnya dapatlah nama ini.
pan-indonesia.blogspot.com
Bisa dibilang singkatan dari Panorama Indonesia. Karena memang niat saya untuk menceritakan berbagai tempat dengan pemandangan memukau di bumi Indonesia ini, walaupun tidak menutup saya untuk berbagi cerita yang lain. Selain itu, nama Pan-Indonesia ini juga saya adaptasi dari istilah di bidang pemetaan yaitu Pan-Sharpened.
Pan-Sharpened adalah singkatan dari Panchromatic Sharpened, yaitu mempertajam resolusi citra satelit yang berwarna (RGB / Multispectral) dengan sebuah citra satelit hitam putih (Panchromatic). Citra satelit Panchromatic selalu lebih tajam resolusinya dibanding citra satelit Multispectral, namun kelemahannya ya itu tadi, cuma hitam putih. Sulit untuk melakukan interpretasi citra, seperti apakah tutupan lahan suatu area berupa perkebunan atau pertanian. Dengan adanya metode Pan-Sharpened, bisa diperoleh sebuah citra (yang merupakan fusi dari dua buah citra satelit) yang memiliki resolusi tajam ala citra Panchromatic namun dengan warna yang jelas ala citra Multispectral.
Semoga blog ini memiliki semangat yang sama, merekam indahnya panorama Indonesia yang tiada tanding, dalam sebuah citra dengan resolusi tajam dan warna memukau.
Subscribe to:
Posts (Atom)