Wednesday, July 6, 2016

Rinjani, The Most Beautiful Indonesian Mountain part 1

panorama Rinjani

Rinjani, gunung yang katanya paling indah di Indonesia. Setelah hampir setahun tidak naik gunung, pengen rasanya naik gunung lagi. Tapi pengen naik gunung yang bagus dan jauh sekalian. Pilihan jelas ke Rinjani. Apalagi istri saya juga belum pernah kesana.

Berkaca dari pengalaman naik Rinjani sebelumnya yang terengah - engah karena ga ada persiapan fisik, gagal muncak dan ke danau, kali ini saya menyempatkan ikut fitness. Seminggu 2 atau 3 kali treadmill.



Persiapan logistik juga saya hitung dengan cermat. Sebelumnya saya bawa lauk terlalu sedikit, jadinya mas porter nggak mau lanjut ke danau. Untuk perjalanan kali ini saya membawa banyak banget makanan kaleng: tuna, sarden, ayam, daging, kornet, sosis, dendeng dll. Saya masukkan dalam satu kotak khusus logistik.

30 April 2016

Setelah semua persiapan selesai, cusssss.... Berangkat!! Sampai di bandara Lombok Praya jam 12 siang naik Lion Air. Rencana dijemput oleh Bang Ari, recommended driver di kaskus, untuk langsung naik desa Sembalun siang itu juga biar besok pagi bisa start pendakian.

Nunggu nunggu bagasi... Carrier 2 biji muncul. Lha kok ndilalah kotak logistik ga nongol. Lapor ke "lost and found", dijawab nanti akan disusulkan Batik Air jam 1. Nunggu... Pas Batik Air dateng, ternyata masih ga ada. Katanya mau disusulkan pake Lion Air jam 6 sore. Lah... Mau nyampe Sembalun jam berapa ini. Udah ribut ama orang Lion Air. Dijawab besok disusulkan aja ke alamat yang disini. Lah, besok uda naik gunung. Katanya mau disusulkan naik gunung. Wahahaha bercanda kalee masnya. Akhirnya deal sore nanti bakal diantar oleh Lion ke Sembalun. Yaudah sip kami berangkat ke Sembalun siang itu.

Sore jam 6, udah di Sembalun, ada kabar dari Lion bahwa kotak logistiknya udah nyampe, tapi mau diantarnya besok pagi jam 9 dari Mataram. Jiahhh... Ribut lagi di telpon. Untung aja ada kenalan Bang Ari yang mau naik ke Sembalun dan posisi masih di bandara, jadi bisa nitip. Josss buat Bang Ari, bukan cuma driver aja tapi banyak bantuin kita disana. Pelajaran buat besok lagi kalo mau perjalanan yang waktunya ketat begitu, sebisa mungkin bikin bagasi yang ringkas untuk meminimalisir adanya bagasi yang tercecer.

1 Mei 2016

Jam 7 pagi saya dan istri packing ulang. Yang jadi porter kami adalah Bang Sur. Badannya kecil tapi tenaganya kayak Proman: Energi Bertumbuh!!!

Kami naik bareng 2 anak kaskus. Lumayanlah ada temen di perjalanan, walau saya selalu jalan yang paling buntut hahaha.

Pendakian kali ini, seperti yang sudah diprediksi, sangat ramai. Kami baru mulai pendakian jam 10, kesiangan sih sebenernya. Nunggu packing, registrasi dan ini itu lainnya lumayan lama juga. Kami naik dari Bawanahu, bukan pos Registrasi karena lumayan menghemat waktu 1 - 2 jam untuk ke pos 1.

Jalur Bawanahu ke Pos 1 ini memiliki kontur naik turun karena beberapa kali memotong sungai kering. Kalo jalur Pos Registrasi relatif landai tapi lebih jauh. Sampai di Pos 1 sekitar jam 12 siang. Kaki saya sempat kram hahaha, baru aja jalan udah kram. Tujuan kami hari itu adalah pos 3.

Di pos 1 kami sempat kehujanan. Wahh udah khawatir aja nih. Jadi ingat prediksi cuaca yang selalu saya pantau tiap hari yang mengindikasikan Rain with some thunderstorms di tanggal 1 - 5 Mei.

Namun untungnya hujan hanya sebentar. Setelah itu terang banget. Lanjut jalan lagi ke pos 2. Kami sampai sekitar jam 2. Istirahat bentar dan lanjut pos 3 dan nyampai sekitar jam 3. Sepanjang pos 1 sampai 3 pendaki gunungnya banyak banget. Haha beneran kayak pendakian massal. Di pos 3 juga susah nyari tempat buat pasang tenda. Istirahat, makan, minum dan grokkkkk... Tidur buat isi tenaga lagi.
Pos 3
2 Mei 2016

Hari kedua pendakian targetnya adalah Plawangan Sembalun. Jam 8 kami mulai meninggalkan pos 3. Tantangan menuju Plawangan Sembalun jelas: bukit Penyesalan. Kalo yang belum tau kenapa dikasih nama bukit Penyesalan, harus nyobain dulu kesini.

Pandangan jauh kedepan. Ujung bukit sudah terlihat. Kaki melangkah pasti. Napas tersengal - sengal. Beberapa langkah lagi sampai ke ujung bukit. Namun begitu sampai, kampretttttt... Ternyata ada bukit selanjutnya, yang sebelumnya nggak keliatan. Begitu terus sampe beneran nyampai di Plawangan Sembalun.

Tips di bukit Penyesalan: sering - sering hadap belakang karena pemandangan di belakang sungguh indah, jangan terlena oleh pendakian yang melelahkan. Setiap jengkal pendakian harus dinikmati.

Jam 1 kami sampai di Plawangan Sembalun. Alhamdulillah... Lega rasanya. Satu kaleng Coca Cola menyambut kami. Whatttt...??!! Coca Cola..???!!! Iya ada yang jualan Coca Cola diatas sini, di ketinggian 2600an mdpl.
Plawangan Sembalunnnn...!!!
Selonjor di tenda sambil sesantaian rupanya bikin saya kepanasan karena masih siang. Aneh juga naik gunung tapi malah kepanasan. Akhirnya saya dan istri memilih tiduran dibawah pohon cemara sambil menunggu danau Segara Anak menunjukkan dirinya yang sebelumnya tertutup awan. Wak wak wak.. Romantis..

Plawangan Sembalun
 Malam harinya tidur cepat, simpan energi untuk besok naik ke puncak. Istri saya memilih untuk menunggu di Plawangan Sembalun. Jadinya saya sendiri yang muncak, untung ada 2 anak kaskus tadi yang mau menemani.

3 Mei 2016

Jam 00.00. Saya bangun. Porter sudah menyiapkan makan. Saya makan nadi dulu, mengisi perut. Pada pendakian sebelumnya, saya hanya makan mie sebelum muncak dan rasanya jadi ga punya energi sama sekali pas muncak.

Bima Sakti dilihat dari Plawangan Sembalun

Bima Sakti dilihat dari Plawangan Sembalun
Jam 00.30 saya dan 2 anak kaskus mulai pendakian ke puncak. Pendaki lain sudah memadati jalur menuju puncak yang sempit dan terjal. Karakter jalur pendakian puncak di Rinjani adalah tanah pasir yang amblas kalo diinjak. Naik dua langkah, merosot satu langkah. Ditambah jalur yang sangat ramai oleh para pendaki membuat pendakian ini berjalan sangat lambat.

Saya memutuskan untuk berjalan sesuai dengan tarikan nafas, agar tidak terengah - engah. Begitu capek istirahat. Saya membagi 3 tipe jalur pendakian ini: yang pertama tanjakan sangat terjal dari Plawangan Sembalun menuju punggungan, yang kedua tanjakan mengikuti punggungan namun tidak begitu terjal, yang ketiga tanjakan terjal sebelum puncak.

Sampai di punggungan saya istirahat dulu. Setelah ini jalur tipe kedua lebih landai dan tidak begitu padat. Namun angin jadi terasa jauh lebih kencang karena posisi kami yang ada di punggungan. Untung saya pake Jack Wolfskin dual layer, wahahahha nggaya.

Strategi saya dalam pendakian puncak ini adalah jalan perlahan menyesuaikan nafas dan banyak istirahat serta minum. Alhamdulillah, justru saya paling tidak merasa capek pada jalur menuju puncak ini dibanding jalur sebelumnya.

Sisa jalur yang kami hadapi kembali tanjakan terjal. Kepadatan pendaki kembali terjadi. Antre untuk menuju puncak. Disini saya ditinggal kedua teman saya karena saya berjalan terlalu lambat dan banyak berhenti hahaha.

Kenapa saya bisa berjalan terlalu lambat? Karena 10 langkah berhenti dan setelah 10 hitungan baru jalan lagi. 10 langkah berhenti lagi dan begitu seterusnya. Wkkwkwkw.. Memalukan tapi gapapa yang penting nyampe puncak tanpa kecapekan.

Akhirnya jam 6 saya sampai di puncak. Sesaat setelah matahari terbit. Di puncak, Masya Alloh... Rame buangettt. Area puncak yang sempit diisi oleh puluhan orang, jadi ngeri kalo kesenggol dikit kanan kiri jurang.

Sunrise di Puncak Rinjani

Sunrise di Puncak Rinjani

Sunrise di Puncak Rinjani

Banyak anak muda berfoto selfie sambil bawa tulisan macem - macem, jadi ajang pamer. Untuk pertama kalinya saya sampai puncak gunung dan merasa bahwa mencapai puncak gunung bukanlah sesuatu yang pantas dibanggakan.

Kehidupan ini jauh lebih berarti diisi dengan bersama orang - orang tercinta daripada sekedar pamer keberhasilan mencapai puncak gunung tertinggi kedua di Indonesia. Berada di puncak Rinjani tidak membuktikan apapun selain eksistensi manusia yang lemah terhadap kekuasaan alam. Di puncak Rinjani saya terharu, menyadari ego saya selama ini untuk mencapai puncak Rinjani ternyata hanya semu. Pendakian gunung bukan sekedar puncak. Setiap jengkal jalur pendakian Rinjani adalah nikmat bagi saya yang diberi kesempatan mengunjungi gunung terindah di Indonesia.

No comments:

Post a Comment