Monday, August 15, 2016

Rinjani, The Most Beautiful Indonesian Mountain part 2

Tidak diperlukan waktu yang lama bagi saya untuk berada di puncak. Keinginan untuk turun menemui istri saya di Plawangan Sembalun membuat saya buru - buru turun dari puncak.
 
Perjalanan turun dari puncak



Perjalanan turun dari puncak
Jam 10 saya sudah berada di Plawangan Sembalun lagi. Makan nanas ternyata segar banget, menggantikan energi yang habis dari puncak.

Matahari pagi

Plawangan Sembalun diterpa cahaya pagi
Sampai Plawangan Sembalun lagi

Setelah makan siang, jam 12 kami mulai meninggalkan Plawangan Sembalun untuk turun menuju danau Segara Anak. Jalur pendakian turun sangat terjal dan ekstrim. Karena kaki sudah habis untuk pendakian dan turun dari puncak, saya menuruni jalur dengan pincang. Beneran pincang hahaha cuma bisa selangkah demi selangkah. Jalur didominasi oleh bebatuan tajam yang terjal banget. Salah melangkah bisa bahaya. Saya udah jalan sempoyongan, terhuyung - huyung, cupu banget lah.


Melihat ke arah Danau Segara Anak

Setelah melewati jembatan, jalur menjadi lebih manusiawi. Landai landai landai sampai ke danau. Sekitar jam 4 sore kami sampai di danau Segara Anak. Rasanya mau langsung sujud syukur, haha.. Perjalanan turun ke danau ini jauh lebih berat daripada pendakian menuju puncak.


Heading to Danau Segara Anak

Jam 5 sore saya dan istri menuju pemandian air panas. Asikkkk...!!! Dingin begini ada sumber air panas. Tapi ingat, jangan bawa sabun atau detergent. Saya liat banyak yang pake sabun dan detergent padahal itu dilarang. Cuma merusak lingkungan.

Kami terlalu asik berendam sampe lupa kalo udah mulai gelap. Padahal jarak dari air panas ke tenda lumayan jauh, dan.. lupa bawa senter. Hahaha bodoh..


Gunung Baru Jari

Danau Segara Anak

4 Mei 2016

Mancung eh mancing mania

Bangun tidur buka tenda liatnya begini

Setelah bangun pagi kami bersiap untuk memulai pendakian dari danau menuju Plawangan Senaru. Kata orang, di beberapa tempat jalurnya sangat terjal. Widih ngeri juga.

Jam 9 kami mulai jalan. Awalnya masih santai menyusuri pinggiran danau. Kemudian mulai menanjak tapi nggak terlalu terjal. Lama - lama mulai terjal.

Setelah melewati pos, jalur mulai ekstreemmm... Di beberapa lokasi kami harus merayap untuk mendaki ke atas. Udah kayak panjang tebing. Ngeri pol soalnya kita bawa tas carrier gede, jadi keseimbangan badan nggak begitu bagus untuk memanjat. Mana kaki udah ga ada tenaganya lagi. Salah - salah kalo jatuh ke belakang langsung jurang. Wuih ngeriii... Oiya, di jalur ini jangan lupa menoleh kebelakang. Pemandangannya bagus banget.

Sekitar jam 1, alhamdulillah kami sampai di Plawangan Senaru. Cuaca berawan tebal. Danau Segara Anak tidak terlihat. Kami makan siang disini. Habis Plawangan Senaru ini tinggal turun terussss sampai pintu hutan Senaru.

Akan ada 3 pos yang kami lewati sampai bawah. Diskusi dengan porter, kami setuju untuk bermalam di pos 3 atau kalau bisa di pos bayangan antara pos 1 dan 2. Karena di pos 1 dan 2 tidak ada air. Selain itu menurut cerita banyak hantu di sekitar sana. Hahaha... Jadi perjalanan mistis deh.

Turun dari Plawangan Senaru menuju pos 3 kami berjalan diatas punggungan bukit. Kanan kiri jurang sementara jalurnya sendiri tanah keras yang berkerikil jadi licin. Saya turun hati - hati, pelan - pelan, takut terpeleset. Dan ditinggal yang lain. Beberapa kali terperosok. Jatuh bangun. Sungguh jalur turunan yang nggak mau saya ulangin lagi. Nggak ada pohon yang biasanya buat pegangan kalo turun seperti di gunung - gunung lain. Cuma mengandalkan kaki yang udah sempoyongan ini.

Sampai di pos 3 sekitar pukul 3 sore. Selepas ini jalur berupa tanah dengan kanan kiri pohon karena sudah memasuki hutan Senaru. Mata air tidak ada disini, sebenarnya ada tapi kecil sekali airnya, harus ditampung selama beberapa jam dan saat itu sudah kering juga. Saya belum khawatir soal persediaan air karena katanya di salah satu pos dibawah ada sumber air.

Lanjut menuju pos 2, saya dan istri mulai berjalan melambat. Turun gunung selalu lebih berat daripada naiknya. Sekitar jam 6 sore kami berhenti karena waktu maghrib sekalian persiapan jalan malam. Headlamp dipasang. Ada rombongan lain ikut menyusul di belakang. Jadilah kami akan berjalan bersama karena sudah malam. Rombongan tersebut sudah kekurangan air dan beberapa kali mengontak orang di pos Senaru di bawah untuk membawakan air. Tapi ya tentu saja nggak mungkin. Saya mengecek persediaan air, rasanya masih banyak. Amannn...

Perjalanan selepas maghrib ternyata sangat menyiksa untuk kami. 2 anak kaskus sudah jalan jauh didepan. Sementara rombongan yang tadinya mau bareng tertinggal jauh di belakang. Tinggal saya istri dan porter. Kami turun perlahan karena kaki udah capek banget. Tidak ada tanda - tanda akan sampai di pos berikutnya. Lihat air, sudah mulai berkurang.

Sampai di pos 2 ketemu rombongan lain. Rombongan itu udah mulai pada kehabisan air. Kami istirahat. Badan udah nggak enak banget rasanya. Di pos ini nggak ada air dan nggak ada yang mau bermalam disini. Kami pun lanjut lagi menuju pos bayangan.

Di antara pos 2 dan pos bayangan kami ketemu rombongan didepan kami. Karena mereka jalannya lambat, mau nggak mau kami berjalan dibelakang mereka karena udah capek juga kalo mau nyusul.
Saat jarak antara kami dan rombongan depan agak renggang, saya sempat menoleh ke samping kiri. Kondisi jalur sangat gelap. Saat menoleh sesaat, kok rasanya ada sesuatu ya. Saya menoleh lagi, kali ini dengan cermat. Saya memperhatikan dengan teliti.

Masya Alloh!! Ada p*c*ng terbujur kaku di sebuah ceruk. Berbaring diam. Putih bersih. Hadeeehhh... Kok saya malah liat yang beginian. Merinding rasanya. Langsung buang muka, istighfar dan baca ayat kursi.

Saya menengok ke belakang mencari istri saya. Menarik tangannya agar cepat - cepat pergi dari lokasi penampakan biar nggak sempat liat.

Turun ke bawah saya masih was - was. Tapi nggak ada penampakan lagi. Jujur aja itu penampakan saya yang pertama di gunung. Biasanya nggak pernah liat apa - apa. Aman... Kok ini bisa - bisanya liat. Cuma bagusnya, setelah liat saya jadi nggak ngantuk dan lebih waspada.

Sampai pos 1 sekitar jam 9. Cek persediaan air, cuma tinggal satu tegukan. Setelah lewat pos 1, habis sudah airnya. Wah gileee baru sekali ini naik gunung kehabisan air. Saya mulai panik. Pintu hutan masih nggak tau ada dimana. Air udah habis. Nanya porter, uda kehabisan air juga dia. Ketemu rombongan lain juga udah pada kehabisan air.

Sekitar jam 10an kami akhirnya sampai di pintu hutan. Alhamdulillah... Saya langsung ke warung. Beli Coca Cola!!! Makan mie rebus, selonjor sambil cerita - cerita. Ternyata ada juga yang pada liat p*c*ng. Hiii... Walaupun setelah dipikir - pikir, bisa jadi itu orang yang lagi menuntut ilmu hitam sambil pakai kain kafan. Nggak tau deh yang penting udah sampai.

Dihitung - hitung, berangkat dari danau jam 9 pagi, jalan terus dan baru nyampai jam 10 malam. 13 jam jalan terus. Weleh weleh rekor nih.

Rombongan lain ternyata banyak yang belum datang. Jam 3 dini hari pun masih ada yang baru nyampai. Nggak ada yang mau nginap di pos, karena banyak hantu. Jadi ya dihajar aja sampe bawah. Gilanya lagi mereka bawa bayi! Begitu sampai si bayi langsung nangis. Kayaknya dia tau kalo di perjalanan ga bole nangis dulu karena bakal ngerepotin orang tuanya, jadi begitu uda sampai langsung nangis.

Di bawah buka tenda dan istirahat. Saya bersyukur bisa sampai dengan selamat. Setelah menikmati perjalanan yang memang nggak semuanya nikmat tapi ini perjalanan paling seru buat saya, 4 hari 4 malam di alam bebas. Alhamdulillah.

Gunung Rinjani nampak dari ketinggian pesawat

No comments:

Post a Comment