Sunday, January 22, 2012

Canon S95 - The Dream Comes True !!

Canon PowerShot S95


Berawal dari pembicaraan dengan seorang teman mengenai kamera idaman. Saya sudah menetapkan kamera idaman dan yang paling ideal serta rasional buat saya adalah sebuah kamera poket yang memiliki mode MANUAL agar saya bisa mengatur shutter speed dan aperture yang diinginkan. Pertimbangan ini muncul karena saya pasti pelit kalau mengeluarkan seonggok duit seharga kamera DSLR (bahkan yang entry level seperti Nikon D3100). Selain itu, saya mencari kamera yang ringkas dan ringan, bisa masuk ke kantong celana atau jaket. Bukan kamera DSLR yang berat dan besar itu, walaupun kalau dipakai langsung membuat pemakainya jadi super keren. Kamera poket yang memiliki mode Manual ternyata ada beberapa, namun yang jadi impian sejak awal adalah Canon S95. Sempat tertarik dengan Canon SX130 yang murah harganya, namun ternyata dari beberapa reviwe rating-nya tidak terlalu bagus, kalah jauh dengan Canon S95. Beberapa pilihan kamera poket sejenis seperti Canon G12, Olympus XZ-1, Panasonic Lumix LX-5, saya gugurkan dari pilihan karena harganya yang mendekati kamera DSLR entry level (mending beli DSLR sekalian) dan volumenya yang sebenarnya tidak cocok dibilang kamera poket serta spesifikasinya yang hampir imbang sengan Canon S95, bahkan situs kenrockwell.com juga merekomendasikan kamera ini.

Saturday, January 21, 2012

Menggapai puncak Gunung Pangrango 3019 mdpl (Part 2)

Pukul 14.00 kami meninggalkan pos Kandang Badak. Rombongan kaskuser masih asyik bercengkerama sambil menanti kaskuser yang datang belakanagn. Pikir saya, saya berangkat duluan nanti juga pasti disusul. Awalnya jalur dari Kandang Badak ke puncak cukup landai. Saya kebut saja tanpa ingat dengkul yang sudah beberapa kali kram. Lama kelamaan, halangan mulai banyak. Pohon besar tumbang dimana – mana, memotong jalur pendakian. Membuat jalur ini menjadi seperti lomba ketangkasan halang rintang dimasa lalu. Kadang harus melompati pohon tumbang, kadang harus merayap dibawahnya. Dan sungguh, jauh lebih enak untuk melompatinya, karena pada saat merayap tas ransel yang lumayan besar itu sering menyenggol pohon atau dahan dan menghambat laju pendakian. Saya terbayang bagaimana caranya pendaki yang membawa ransel sebesar lemari untuk merayap di celah sempit di bawah pohon tumbang.

Setelah pohon tumbang mulai berkurang, gantian jalur pendakian yang mulai menanjak tajam. Apalagi dengkul saya akhirnya menyerah. Rasa sakit luar biasa kalau dengkul ditekuk. Saya bingung bagaimana caranya mendaki gunung dengan kondisi dengkul seperti ini. Namun mau tidak mau saya harus jalan juga. Akhirnya setiap tanjakan, saya hanya menggunakan dengkul kanan sebagai tumpuan. Dengkul kiri saya non-aktifkan total. Grounded!! Dengan cara jalan yang seperti ini, jelas membuat waktu tempuh semakin lama. Saya lihat di GPS, puncak masih jauh.


Menggapai puncak Gunung Pangrango 3019 mdpl (Part 1)

Setelah mencapai puncak Gunung Gede pada bulan April 2011 kemarin, ingin rasanya menikmati kembali sejuknya hawa pegunungan. Rasa capek luar biasa yang dirasakan ketika pendakian kemarin sudah lupa dan harus dilupakan (kalau tidak dilupakan, nggak bakal ada keinginan naik gunung lagi, hehe..). Memang benar kata seorang kawan, “mendaki gunung itu candu”. Dan rasanya saya sudah mulai menjadi seorang pecandu.

Setiap hari saya sempatkan membuka forum Outdoor Activity and Nature Club (OANC) di Kaskus. Entah hanya sekedar iseng baca catatan perjalanan (ini yang namanya racun) ke berbagai gunung di Indonesia, atau baca lapak jualan peralatan tempur. Kadang ada yang nyangkut di hati juga, dan akhirnya deal, transfer duit, barang dikirim, barang nyampe rumah, dan senang rasanya walaupun terus jadi males ngintip saldo tabungan. Beberapa barang saya beli dari Kaskus, ada sepatu Hitec Altitude Ultra Luxe WPi (yang High Cut dan Low Cut, yang high cut saya beli duluan buat kerjaan survei pemetaan ke Papua, yang low cut buat sehari – hari aja biar gaya, hehe. Sebenernya saya merasa bodoh juga karena punya dua pasang sepatu yang sama persis, serinya sama, cuma beda potongan atasnya saja), ada lagi tenda Consina SummerTime yang tadinya ngincer seri ultralight tapi uda keburu abis akhirnya beli yang biasa, trus ada juga sleeping bag Makalu 700 yang super ringan dan super kecil dan harga juga super ekonomis, ini baru ultraligth dan ultrasavemymoney.


Thursday, January 19, 2012

Panorama Indonesia

Blog ini saya dedikasikan untuk berbagi pengalaman hidup saya di Indonesia (haha kayak pernah hidup di luar aja). Saya sangat tertarik dengan berbagai tempat menarik di Indonesia. Bahkan membuat saya nyaris tidak punya keinginan untuk ke luar negeri sebelum saya puas menyelusuri setiap jengkal wilayah bumi pertiwi.

Pemilihan alamat situs blog ini sangat membingungkan, banyak nama yang tidak bisa digunakan karena sudah dipakai, namun saat saya cek ke situsnya, ternyata cuma blog yang sudah almarhum. Putar otak sana - sini, cari inspirasi, akhirnya dapatlah nama ini.

pan-indonesia.blogspot.com

Bisa dibilang singkatan dari Panorama Indonesia. Karena memang niat saya untuk menceritakan berbagai tempat dengan pemandangan memukau di bumi Indonesia ini, walaupun tidak menutup saya untuk berbagi cerita yang lain. Selain itu, nama Pan-Indonesia ini juga saya adaptasi dari istilah di bidang pemetaan yaitu Pan-Sharpened.

Pan-Sharpened adalah singkatan dari Panchromatic Sharpened, yaitu mempertajam resolusi citra satelit yang berwarna (RGB / Multispectral) dengan sebuah citra satelit hitam putih (Panchromatic). Citra satelit Panchromatic selalu lebih tajam resolusinya dibanding citra satelit Multispectral, namun kelemahannya ya itu tadi, cuma hitam putih. Sulit untuk melakukan interpretasi citra, seperti apakah tutupan lahan suatu area berupa perkebunan atau pertanian. Dengan adanya metode Pan-Sharpened, bisa diperoleh sebuah citra (yang merupakan fusi dari dua buah citra satelit) yang memiliki resolusi tajam ala citra Panchromatic namun dengan warna yang jelas ala citra Multispectral.

Semoga blog ini memiliki semangat yang sama, merekam indahnya panorama Indonesia yang tiada tanding, dalam sebuah citra dengan resolusi tajam dan warna memukau.