Panorama Edelweiss |
Ya, berbau kentut. Karena kawah gunung Papandayan memang mengeluarkan asap belerang yang sangat pekat, berbau busuk seperti kentut campur telur asin. Bahkan terasa perih dimata karena ukuran partikel yang bisa sebesar butir – butir pasir halus. Namun hal itu jelas tidak menyurutkan niat kami untuk mendaki gunung Papandayan, menikmati keindahan padang Edelweiss-nya dari dekat. Dan menyesap kesegaran udara pagi pegunungan sembari membersihkan paru – paru yang sudah kotor oleh udara kota.
Awal tahun nampaknya bukanlah waktu yang tepat untuk mendaki gunung. Banyak gunung yang sedang ditutup karena alasan konservasi. Beberapa diantaranya malah karena sedang dalam status yang membahayakan. Saya yang diminta oleh seorang teman untuk mencari gunung yang bisa didaki dan lumayan enteng buat para amatiran, akhirnya kebingungan. Sasaran utama: gunung Gede-Pangrango, tutup. Kemudian pindah ke gunung Papandayan, namun setelah kontak ke BKSDA Jabar, katanya masihditutup karena status Waspada. Gunung Salak? Ampun dech… Gunung Ciremai? Ampunnn…. Gunung Gunung di Jawa Tengah? Jauh.. Buat akhir pekan rasanya terlalu mepet. Semeru? Wah, sama sekali ga kepikiran. Akhirnya rencana ini sempat tertunda sampai saya membaca catper di Kaskus yang naik Papandayan di awal bulan Maret. Tanya – tanya, ternyata Papandayan tidak ditutup. Okelah sip!! Ini gunung yang cocok.